LIANG LAHAD.
Beginilah sudahnya,
Saat kegelitaan menjeratku,
Mendendangkan lagu bisu yang pilu dan seram,
Saat kujur tubuhku dijerluskan,
Pada tanah hitam yang berselut,
7 kaki ke perut bumi,
pada ruang lahad yang meramas rusukku,
seram dan sejuk.
Sampai langkah ke tiga menjauhiku,
Datanglah si ulat-ulat bertempikan,
Gembira mengerumuni bibir telingaku,
Melonjak bersorak seperti musuh-musuh duniaku,
Dan pada pepohon hijau yang berzikir,
Tika tubuhku dihentak ke bumi,
Bisulah pepohon itu dari zikrullah,
Melupuskan kasih dan simpati mereka,
Tak ubah si anak-anakku yang tuli,
Hanya seminit menjenggukku,
Lalu lari mengejar dunia,
Lalu doa menjadi kesit,
Seperti isteriku yang galak berhias,
Pusaraku berkubur indah,.
Berpayung emas tinggi sedepa,
Sedang aku terbakar di sini,
Melihat isteriku membuka dadanya,
Bagi tatapan pemuda di jalanan.
Aku kini sendiri,
Pada temanku yang sedang kembara,
Mencari Si Putih dengan kebahagiaan yang hilang,
Menghindar Sang Hitam dengan kesengsaraan yang mendatang,
Aku takut,
Melihat sorakan manusia-manusia itu atas kepemergianku,
Menonton kesibukan zuriatku melupai doa kepadaku,
Dan melihat mati sedang berkampung,
Serta Mungkar dan Nakir sedang menghadapku.
Hanamhamid
141205/1821
<kenangan malam penghayatan islam kolej matrikulasi melaka 2005>
No comments:
Post a Comment